Rabu, 18 Mei 2016

Refrensi Buku Ayah

Judul: Ayah
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Mei 2015
Tebal: 412 halaman + xx
Setelah lama tak kedengaran, Andrea Hirata muncul lagi dengan novel barunya,Ayah. Dua minggu sebelum buku ini resmi terbit tanggal 29 Mei, saya sudah mendapatkannya duluan (jangan tanya dapat dari mana). Saya langsung membacanya dan tamat dalam 5 hari. Kalau saja saya lagi nggak banyak kerjaan, mungkin satu-dua hari juga beres.
Awalnya saya agak takjub melihat buku ini: kover depan dan beberapa halaman awal dipenuhiendorsement dari berbagai media dan penulis berbagai negara. Padahal novel ini bahkan belum terbit di Indonesia (waktu saya baca)! Tapi kemudian saya kecele. Semua puja-puji itu bukan untuk Ayah, melainkan untuk Laskar Pelangi … hehehe! Kesannya kok Ayah seperti kurang percaya diri, sampai-sampai harus menggunakan endorsementLaskar Pelangi yang jumlahnya berjibun itu.
Di kover belakang pun tidak ada sinopsis Ayah. Yang ada adalah biografi singkat penulisnya—ini pun juga ada di kover dalam bagian depan. Padahal, tanpa semua itu pun Andrea sudah punya pembacanya sendiri. Tapi ya sudahlah …
Ayah masih menggunakan Belitong sebagai latar cerita utama. Ceritanya tentang empat sahabat bernama Sabari, Ukun, Tamat, dan Toharun. Keempatnya bersekolah di sekolah yang sama. Andrea membangun kisah dengan menceritakan keseharian keempat sahabat itu dan latar belakang keluarganya masing-masing.
Mirip dengan tokoh-tokoh di Laskar Pelangi, masing-masing dari keempat sahabat tadi punya karakter yang unik. Tak jarang mereka juga begitu polos dan naif, namun kadang bisa cerdas juga. Bagian ketika Andrea menceritakan masa sekolah anak-anak ini hingga lulus mendapat porsi terbanyak dalam buku. Menurut saya bagian ini cukup asyik. Humornya sangat khas Andrea.
Sabari diceritakan jatuh cinta sejak SMP pada seorang gadis bernama Lena. Walau gadis itu tak pernah memedulikannya, Sabari tak pernah menyerah. Ia kerap memajang kertas berisi puisinya untuk Lena di majalah dinding sekolahnya. Sesekali, gadis itu membalas, juga lewat mading.
Singkat cerita, ketika sudah dewasa pun, Sabari tetap tak bisa melupakan Lena. Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Lena hamil di luar nikah. Saat itu Sabari bekerja di pabrik batako milik Markoni, ayah Lena. Sabari pun mau saja ketika diminta menikahi Lena, demi menyelamatkan nama baik Markoni yang kurang akur dengan Lena itu.
Anak lelaki yang kemudian lahir dari rahim Lena itu kemudian diberi nama Zorro oleh Sabari. Pasalnya, bocah itu ketika diberi boneka Zorro tak mau melepasnya. Sabari sangat menyayangi Zorro. Dia ingin memeluknya sepanjang waktu, terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah itu dan seluruh kebaikan yang terpancar darinya. Tiap malam, Sabari susah susah tidur lantaran membayangkan bermacam rencana yang akan dia lakukan bersama anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan, menggandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan memboncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota.
Dia juga Ikhlas ketika Lena bahkan tak mau tinggal bersama mereka. Beberapa tahun kemudian Lena malah minta cerai dan menikah lagi hingga tiga kali, bahkan akhirnya mengambil Zorro dari Sabari. Pelan-pelan, Sabari mulai tampak seperti orang gila dalam penampilan dan tingkah laku. Dua sahabatnya, Ukun dan Tamat, lama-lama tak tahan melihat Sabari seperti itu, sehingga akhirnya mereka memutuskan menjelajahi Sumatra demi menemukan Lena dan Zorro dan membawa mereka kembali.
Berhubung biasanya orang tidak suka dikasih spoiler saat baca resensi buku, saya juga nggak akan memberitahu akhir kisahnya, dong. Bagi saya, ending-nya agak mudah ditebak, soalnya tokoh yang sering diceritakan di awal tidak muncul lagi di tengah cerita, hingga akhirnya nongol di akhir cerita, dengan nama yang berbeda.
Novel Ayah ini terbagi dalam bab-bab pendek, sehingga pembaca bisa dengan enak mencicil baca. Di beberapa halaman akhir juga disertakan informasi soal buku-buku Andrea yang sudah dan akan terbit, baik di Indonesia maupun terjemahan Laskar Pelangidi negara-negara lain. Gila juga, ya … 
Anyway, saya suka gaya tulisan Andrea yang khas dan lugas. Novel kali ini juga tidak menggelar glorifikasi soal kesuksesan studi di luar negeri. Para tokohnya bahkan tetap kere dan tidak berpendidikan tinggi hingga akhir cerita. Tapi kisah Sabari yang sangat tulus mencintai anaknya (yang bukan kandung), kesetiakawanan para sahabatnya, dan humor rasa Melayunya menjadi magnet kuat dalam Ayah. Walau ada beberapa bagian cerita yang menurut saya nggak penting banget dan melebar ke mana-mana, misalnya bagian tentang Australia itu


Refrensi Buku Rindu

Resensi Buku Rindu

Data buku
Judul novel     : Rindu
Pengarang      : Darwis Tere Liye
Penerbit         : Republika
Tahun terbit  : 2014
Tebal buku     : 544 halaman
Sinopsis
“Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”
Novel ini bercerita tentang perjalanan panjang sebuah kerinduan. Perjalanan kerinduan yang membawa banyak hal yang terbeban di hati. Mulai dari bagaimana ia menghadapi perjalanan dengan penuh dosa di masa lalu. Lalu seseorang yang melakukan perjalanannya dengan penuh kebencian. Ada punya dia yang kehilangan cintanya menjadi sebab mengapa ia melakukan perjalanan ini.
Cerita berlatar waktu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Yakni pada masa ketika Belanda masih menduduki Indonesia. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda memberikan layanan perjalanan haji untuk rakyat pribumi yang memiliki cukup uang. Perjalanan dilakukan lewat laut yakni menggunakan kapal uap besar yang merupakan perkembangan teknologi transportasi tercanggih pada masa itu. Salah satu kapal yang beroperasi untuk melakukan perjalanan haji ini adalah Blitar Holland. Di kapal besar inilah segala kisahnya dimulai.
Tere Leye meracik cerita dengan begitu menarik. Belum lagi dengan nuansa latar yang berbeda seperti kehidupan di atas kapal uap besar. Di atas kapal juga terjadi interaksi sosial antar penumpang kapal. Juga terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti kantin, masjid, dan tukang jahit kapal.
Diceritakan mengenai keluarga Daeng Andipati yang terdiri orang tua, seorang pembantu rumah tangga, serta dua anak yang mengikut perjalanan haji ini, yakni Anna dan Elisa. Mereka menjalani lamanya waktu perjalanan haji dengan riang gembira. Seakan tidak pernah mengerti tentang apa yang terpendam di hati Daeng, ayah mereka.
Ada pula tokoh yang bernama Ambo Uleng. Dia adalah seorang pelaut. Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di atas lautan. Ambo Uleng rupanya menuruni sifat ayahnya yang seorang pelaut juga. Ia menaiki kapal Blitar Holland tidak dengan tujuan apapun. Tidak untuk bekerja, mengumpulkan uang, atau apapun. Ia hanya ingin pergi sejauh-jauhnya meninggalkan tanah Makassar yang ia jalani melalui kisah pilunya.
Di sisi lain, ada seorang keturunan Cina. Ia sering mengajari ngaji anak-anak di mushola kapal sepanjang perjalanan haji. Anak-anak biasa memanggilnya Bonda Upe. Bonda Upe ini rupanya sedang memendam masa lalunya sebelum memeluk Islam. Hingga tiap malam ia selalu menangisi dosa-dosanya yang dulu.
Dari sini pula diceritakan Gurutta Ahmad Karaeng, ulama tersohor asal Makassar yang mengikuti perjalanan haji. Beliau rutin melaksanakan solat berjamaah bersama penumpang lain. Secepat itu pula Gurutta meminta izin kepada kapten untuk mengadakan pengajian di atas kapal. Beliau adalah sosok yang selalu memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan orang-orang. Namun ternyata ia sendiri telah memendam lama sebuah pertanyaan yang tak mampu seorang pun menjawab
Kelebihan dan kekurangan buku
Adapun kelebihan buku ini adalah alur ceritanya yang begitu menarik dan mengalir untuk dibaca. Juga menyajikan nuansa latar yang berbeda. Yakni peristiwa kehidupan yang terjadi di atas kapal ibarat kapal uap besar itu adalah sebuah kampung. Sedang kekurangan buku ini terletak pada sampul buku yang kurang begitu menarik. Tidak sebanding dengan isinya yang begitu menarik untuk dibaca.



Reported Speech

Reported speech or indirect speech is a way of expressing what others (speaker) has said directly (direct/quoted speech) in the form of statements, questions, or other speech by changing the format of the talks so that it becomes more obvious, natural, and efficient for the listeners.
·         How To Change The Direct Into Reported Speech

Basically, direct speech is converted into reported speech by removing punctuation quotation, removing capital letters in the sentence, adding that (optional), change the pronoun (being the third person), modifying the verb, corrects time reference (time, mentioned in the talk) and/or add whether or if. Here are some details.

Time References
Perbandingan time references pada direct dan reported speech adalah sebagai berikut.
Direct Speech
Reported Speech
here
there
last month/year
·         the month/year before
·         the preceding month/year
·         the previous month/year
next month/year
·         a month/year later
·         the following month/year
·         the next month/year
now
·         at that time
·         then
today
that day
tomorrow
·         a day later
·         the following/next day
yesterday
·         the day before
·         the previous day
two days/weeks ago
·         two days/weeks before
·         two days/weeks earlier
Example change time reference:
Example the sentence Direct Speech
Example the sentence Reported Speech
“Will I receive the packet tomorrow?”
(Akankah saya menerima paket tsb besok?)
He asked if he would receive the packet the following day.
“I have to return the book two days ago.”
(Saya harus mengembalikan buku tsb dua hari lalu.)
She said that she had to return the book two days earlier.


Add whether or if
Whether or if added to deliver kalimatyes-no question that has been heard before.Yes-no question is a question that need  an answer yes or no.
Example :
Example Direct Speech
Example the sentence Reported Speech
Description
“Do you have a little time?”
(Apa kamu punya sedikit waktu?)
He asked me if I had a little time.
Jawaban dari pertanyaan pada direct speechYes, I do atau No, I don’t 
“Have you heard the news?”
(Sudahkah kamu mendengar berita tsb?)
She wanted to knowwhether I had heard the news.
Jawaban dari pertanyaan pada direct speechYes, I have atau No, I haven’t 



Selasa, 10 Mei 2016

Elliptical Sentence

The elliptical sentence is a combination of two sentences that are the fruit of his subject but predikatnya the same, and this is used in order to avoid repetition of the word. The purpose of the establishment of the elliptical sentence applies to convey a statement simply and Se kaligus avoid repetition named the same sentence.
     1.  In normal conversation

  •  A: Where are you going?  B: To school. (= I am going to school.)
  •  A: Ready? (= Are you ready?) B: Yes, I am. (= Yes, I am ready.)

2. In comparison

  •  Phalla is taller than Phearom.
     (= Phalla is taller than Phearom is tall.)
  •  The ads attracted younger than older people.
     (= The ads attracted younger than  it attracted  older people.)

 3. In sentences joined by coordinating conjunctions

  •  I have washed and ironed my clothes.
     (= I have washed my clothes, and I have ironed my clothes.)
  •  Bora likes football, Phalla volleyball, and Sopheak basketball.
     (= Bora likes football, Phalla likes volleyball, and Sopheak likes basketball.)
  •  Kolab has five dollars, and Sopheak three.
     (= Kolab has five dollars, and Sopheak  has  three dollars.)

 4. In some dependent clauses

  •  If you clean the house today, i will tomorrow.
     (= If you clean the house today, i will clean the house tomorrow.)
  •  I will go to the party if you will.
     (= I will go to the party if you will go to the party.)
5. In reduced clauses
  •  The song sung by Preap Sovath was so popular.
     (= The song which was sung by Preap Sovath was so popular. )
  •  The man selling the shoes is my friend.
     (= The man who is selling the shoes is my friend.)
  •  The police has found the car stolen yesterday.
     (= The police has found the car which was stolen yesterday.)
  •  When studying, he tried hard.
     (= When he was studying, he tried hard. )
  •  I visited the Bayon Temple after coming back from Battambang.
     (= I visited the Bayon Temple after I came back from Battambang. )
  •  Though a bit nervous, she presented the products to the doctor very well.
     (= Though she was a bit nervous, she presented the products to the doctor very well.)


6. When used with "SO, TOO, EITHER, NEITHER"

•  My sister is tall, and so do my brothers.
     (= My sister is tall, and my brothers are tall, too.)
  •  A : I was very sleepy last night.  B : So am I.
     (= A : I was very sleepy last night.  B : I am hungry, too.)
  •  My mom likes mangoes and my brother does too.
     (= My mom likes mangoes, and my brother likes mangoes, too.)
  •  He didn't say anything, and I didn't either.
     (= He didn't say anything, and I didn't say anything, too.)
  •  Her father likes to travel, and she does either.
     (= Her father likes to travel, and she likes to travel, too.)
  •  He didn't study hard, and neither did I.
     (= He didn't study hard, and I didn't study hard, too.)
  •  She doesn't review the lessons, and neither her friend.
(= She doesn't review the lessons, and her friend didn't review the lessons, too.)

Sumber : 





Senin, 02 Mei 2016

Telling About Your Planning

before I sat down at my University definitely passed through elementary, junior highand high school. It used to be when I was in elementary school my dreams of wanting to be a doctor until junior high ideals it keeps is haunted me but after I enteredmy high school social science Department and yes of course you guys certainly know if social science Department was unlikely to become a doctor and start from where my ideals wishing so doctors must be forgotten. and since my high school I want to aspire to be the tax that he said could have a lot of money in fact hell money people may I hold hehehe

then I graduated from high school and continued in private universities namely gunadarma University I took economics and specifically I chose accounting majors yupsa good start to my dear ideals start wanting to work in the tax office, and planning Iwas graduating with a satisfying value which does not disappoint parents and after I graduated I wanted to apply for the employment into civil servants who worked in the tax office that is anyway hehe